Rabu, 11
November 2015. Hari ini, saya berkesempatan menyaksikan even Festival Teluk
Maumere di sela-sela kunjungan ke kota itu. Bagaimana tak kepincut, iklan radio
maupun media cetak jauh-jauh hari sudah memberitahu. Sayang kan kalau
dilewatkan?
Nah setelah
beres-beres urusan kantor di pukul 09.00, saya pun meluncur ke lokasi. Tak
perlu khawatir nyasar sebab warga kota dengan setelan tenun sedang
ramai-ramainya mengalir ke tujuan yang sama.
Langit bersih
dari awan, yang berarti hari itu cuaca panas sedang membara. Tapi Du'a dan
Mo'at kita bukan sembarang orang. Mereka manusia-manusia tangguh, terbukti
dengan ketahanan lebih dari seribu penenun yang sudah siap sedari pagi di
lapangan terbuka untuk pemecahan rekor even menenun serentak terbanyak pada
hari ini!
Seorang
pengunjung dari luar negeri dengan setelan tenun
Ke Pusat Cenderamata
Saya mula-mula
mampir ke titik start pawai tenun di Pusat Cenderamata. Lokasinya di tanah
lapang pada sisi timur Jl. El Tari yang menjadi jalan utama kota itu. Yang
menjadi pusat perhatian di sana adalah sebuah panggung tinggi di bagian timur.
Sementara di tepi lapangan berdiri sejumlah gedung yang menjadi galeri
kerajinan serta kuliner.
Beberapa kerajinan berupa dompet, bungkus HP, tas tangan, topi, tas samping dll.
Beberapa ruang dihuni oleh swasta sementara yang lain diisi dinas pemerintah. Tampak tersedia sepuluh ruang. Empat ruang pameran tenun, tiga ruang galeri kuliner, perhiasan dan gading. Kuliner di situ tak kalah lezat lho. Kebetulan teman saya Paul Witak ultah dan malam itu kami cicipi hidangan yang tadinya dipajang di lokasi pameran.
Didominasi
oleh tenun, barang lain yang dipamerkan di sejumlah galery sungguh menarik. Rak
dan meja pajangan tidak saja berisi sarung dan syal/salempang tapi juga kemeja,
jaket, topi, dompet dan tas yang dibuat dari tenun asli.
Ada sebuah
stand yang menarik mata saya. Tak lain adalah stand yang dihuni seorang
pedagang tenun. Sasaran bagus nih hehe. Tanpa kartu pers, nekad saya coba
peruntungan jadi jurnalis warga.
''Jualannya
tetap buka ya bu?'' saya tanya setelah pernak-pernik galeri atraktif itu jadi
obyek foto.
''Iya. Di sini
buka tiap hari.'' jawabnya.
''Terus
tempatnya cuma di sini ya Bu?''
''Oh, tidak.
Ada satu lokasi lain. Di sana lebih lengkap malah.'' sambungnya berpromosi.
Saya lalu
bolak-balik menikmati koleksinya yang bagus bagus sambil menanyakan harga. Tak
begitu mahal ternyata. Sebuah kemeja cantik warna coklat yang memikat mata dipatok dua
ratus lima puluh ribu. Tak begitu menguras kantong. Harga tergantung bahan kain,
begitu Si Ibu katakan.
Kemeja
dengan harga terjangkau
Pawai dan Peragaan Menenun
Puas di stand
pameran, saya lalu beranjak ke tanah lapang. Di sana sudah berdiri tenda yang
dipadati peserta pawai tenun. Mereka adalah siswa siswi se kota Maumere.
Sementara masyarakat umum lalulalang menyaksikan tenun kebanggaan mereka
dipakai beramai-ramai.
Setelan yang
dikenakan pun sungguh memikat. Mulai dari aneka busana tradisional hingga yang
sudah dimodifikasi menjadi bercitarasa kontemporer.
Tak berapa
lama kemudian, peserta pawai pun berarak menuju lapangan kantor Bupati. Di sana
sudah siap Peragaan menenun yang akan dilakukan oleh 1057 perajin.
Di bawah panas
matahari yang sedang meninggi, dengan tudung kepala seadanya, para ibu dengan
setelan kebaya warna seragam itu pun siap menenun. Saat panitia menghitung
mundur, kegiatan peragaan tenun pun dimulai dan ditutup dengan pembacaan rekor
oleh pihak MURI.
Meski kegiatan
itu tak saya ikuti hingga tuntas, tetapi ada rasa kepuasan tersendiri
menyaksikan bagaimana para gadis dan pemuda bangga memamerkan hasil karya
warisan luhur nenek moyang. Mereka tak lantas stagnan dengan penggunaan tenunan
itu dalam wujud sarung. Kreasi-kreasi baru pun mereka tempuh dengan menyerap
aneka mode fashion yang adalah bagian dari budaya modern.
Berada di
sana, kita seolah berada pada titik temu dua era berbeda. Dari masa lalu yang
menawarkan motif-motif dan filosofi yang konon sudah berusia tua, hingga ke era
modern yang menampilkan kreativitas yang diterima secara mondial.
Perhatian
pihak pemerintah pun patut diapresiasi. Dalam even tersebut, turut hadir sejumlah
istri kabinet kerja di bawah pimpinan Ny. Yusuf Kalla. Tokoh wanita Indonesia,
Megawati Soekarnoputri pun turut hadir didampingi gubernur NTT.
Bangga sudah
jadi pewaris tenun NTT. Profisiat juga buat mereka yang telah menjadi penerus
tradisi ini. (Simpet Soge)