Selasa, 20 Maret 2012

Tenun Ikat Adonara1-2

Oleh :Petronela Somi Kedan

Tenun Ikat Tradisional Flores - Adonara 1


Kwatek Adonara

Kwatek (untuk perempuan, lihat aku di sebelah kanan,hehheh)/Nowi'n(untuk laki-laki, lihat nowi'n yang digunakan oleh pemain Hedung) merupakan tenunan tradisional asal Flores - Adonara( kalau Malaysia belum nyolong, dan kalau malaysia berani, tite tabu' rak aeka sampe rera gere),,,, Tenunan ini berbeda-beda motif nya di tiap daerah di Nusa Tenggara Timur, khusus untuk Adonara tenunan ini memiliki ciri umum dengan variasi lebih dari 3 benang dan ukiran motif hanya berada di bagian atas dan bawah sarung saja, ini tidak seperti tenunan tradisional lain, dari maumere misalnya, ukiran motif ada di seluruh sarung menyebar secara merata dan padat. Satu lagi yang membedakan kwatek Adonara dengan kwatek lain adalah, penggunaan benang yang di buat sendiri dari kapas sebagai campuran, meskipun cuma sedikit, tetapi pasti selalu ada. Cara gampa
ng dan mahal untuk mengetahui perbedaan masing-masing tenunan tradisional di flores adalah dengan mengoleksi semuanya heheh.

Kwatek dan Nowi'n berbeda dari segi motif dan warna yang digunakan, kalau kwatek lebih "rame" dalam hal variasi warna dan motif sementara Nowi'n lebih simpel.
Meskipun satu digunakan oleh perempuan dan yang satu lagi digunakan oleh laki-laki, tetapi dalam hal penyebuatan, untuk mempermudah kadang digunakan kata Kwatek yang menunjukkan tenunan tradisional Adonara.

Penggunaan Kwatek & Nowi'n
Tenunan tradisional ini sampai sekarang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Adonara meskipun dengan frekuensi yang mulai menurun sebagai akibat dari perkembangan mode dalam fashion yang didukung oleh kelancaran arus barang dan jasa serta berkurangnya minat menggunakan Kwatek. Tetapi pada acara ataupun pesta adat kwatek masih tetap digunakan karena merupakan sebuah keharusan, misalnya ya dalam tarian hedung atau tarian lain seperti sole (my favorite one, muah, muah,muah), lili dll, dalam pesta pernikahan, ataupun pada saat kematian dan upacara adat lain yang bukan pesta, misalnya orek (acara adat dimana seseorang melakukan perjamuan makan dengan leluhurnya).

Jenis dan Harga 
Tenunan tradisional asal Adonara ini juga berbeda-beda dari segi bahannya,, hal inilah yang nantinya menyebabkan perbedaan harga. Tenunan yang paling mahal dan tidak dijual lagi adalah yang dibuat pada zaman dahoeloe kala, terbuat dari campuran sutra dan benang buatan sendiri dari kapas; di sebut sunter'a, tenuan ini hanya dimiliki oleh suku-suku tertentu yang di sebut ata kebe'len (bangsawan), hanya di gunakan pada saat upacara adat tertentu (kapan yang punya mau). Di urutan kedua adalah kwatek kiwane yang terbuat dari kapas asli dengan pewarna alami . Di urutan ketiga ada kwatek campuran dari benang buatan sendiri dan benang produksi pabrik.
Soal harga? bisa di negolah,,,,sebagai informasi, tanpa perhitungan pengurasan tenaga sang pembuat (perempuan)yang hidup di pinggiran Indonesia, kekurangan air, rata-rata menghabiskan 5 jam untuk mencuci di bak, pulangnya harus kekebun, malamnya harus meniti jagung, kekurangan pendidikan dan kekurangan informasi yang up to date, biaya produksi tenunan ini kurang lebih 80.000 rupi akh. Karena itu dengan segala hormat tolong ditambah dan kalo mau nawar jangan terlalu sadis.

Proses Pembuatan Kwatek
Untuk Kwatek Kiwane proses pembuatannya bisa memakan waktu selama sebulan serta tergantung musim berbunga dari pewarnanya (keroke) dan tentunya musim berbuah kapas. Sementara untuk Kwatek biasa, pembuatannya memakan waktu sekitar satu minggu.
Secara umum apapun jenis dan motif Kwateknya,,,, menurut adat, tenunan tradisional ini tidak dapat dikerjakan jika di suatu kampung terjadi kemalangan - kematian, dan menurut kebiasaan menenun juga tidak dapat dilakukan jika ada pesta besar (ya iyalah, pada sibuk pesta semua).
Ada empat tahap proses pembuatan kwatek, diantaranya;
  1. Pudung,
  2. Ne'ket,
  3. Tane, dan yang terakhir,
  4. Jahit.
Sementara itu untuk pembuatan benang, prosesnya terdiri dari
  1. Kapas dipisahkan dari biji,
  2. Buhuk (kapas di haluskan),
  3. Turek (kapas dijadikan benang),
  4. Lawah,
  5. Kenodot, dan
  6. Pewarnaan.

 Sumber: lamalekasiadonara.blogspot.com

Tenun Ikat Tradisional Flores-Adonara 2

REVIEW TULISAN PERTAMA
Pada tulisan awal telah di bahas mengenai perbedaan kwatek dengan tenun ikat lain misalnya dengan tenun ikat dari Maumere. Juga di bahas mengenai berbagai jenis dan harga kwatek, (terakhir April 2011 harga terendah dari sebuah kwatek kalau di beli langsung di Adonara adalah Rp. 100.000,-).
Tulisan awal juga membahas mengenai proses pembuatan kwatek yang terdiri dari dua tahapan besar yaitu tahapan pembuatan benang dan tahapan pembuatan kwatek.
http://lamalekasiadonara.blogspot.com/2008/02/kwatek.html
Tulisan ini merupakan lanjutan dari perkembangan ataupun perubahan informasi yang ku dapat mengenai proses pembuatan kwatek pada sekitar bulan April 2011,sengaja tulisan yang lalu tidak dirubah ataupun dihapus (biar postingannya rame :p) sebagai penanda proses perkembangan ataupun perubahan informasi yang ku dapat mengenai kwatek/nowin.

Beberapa perbedaan dengan tulisan pertama adalah: informasi mengenai oe kenirek, beberapa kesalahan kata dan definisi serta gambar masing-masing proses. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti secara langsung proses pembuatan kwatek oleh ibu-ibu di desa Lamaleka-Pledo, Witihama, dan diskusi bersama teman-teman anak muda Adonara di Jakarta.
Belakangan baru saya ketahui bahwa proses pembuatan kwatek terdiri dari dua tahapan besar, yang pertama adalah oe kenirek dan yang kedua adalah tahapan pembuatan kwatek itu sendiri.

OE KENIREK
Oe kenirek dapat disebut sebagai tahapan ideologis dimana perempuan-perempuan dalam satu garis keturunan mengikut ibu berkumpul dan mempersiapkan permulaan dari proses penenunan. Pada tahapan inilah, jika seorang perempuan sudah memutuskan untuk menenun maka ia harus menyelesaikan tenunannya itu.
oe kenirek dilakukan sejalan dengan musim tanam jagung sampai panen jagung. Dengan demikian, oe kenirek juga merupakan bagian dari ritual adat yang menyimbolkan proses penutupan panen lama dan pembukaan panen baru. Karna dalam proses oe kenirek ini ada tahapan memakan panen lama dan panen baru.
selain proses nya juga kadang berbeda pada masing-masing oe, aliran keturunan, oe kenirek juga menyebabkan perbedaan warna, bahan dan motif pada tiap-tiap kwatek/nowin.

Selanjutnya, mengenai oe kenirek ini terbilang sakral, maka informasi yang di dapatkan juga belum sempurna. 

PEMBUATAN KWATEK
Bagian kedua pembuatan kwatek ini terbilang praktis karena sudah tidak lagi melibatkan ritual-ritual adat. 1. Balok Kapek : proses memisahkan kapas dengan biji kapas dengan menggunakan alat yang di sebut Menalok
2. Buhu Kapek: proses penghalusan kapas yang dapat dijadikan benang dengan menggunakan menuhuk.
3. Ture Lelu: proses pembuatan benang dengan menarik dan memelintir kapas dengan menggunakan Tenure
4. Lawa Bena: proses pengaturan benang agar tidak kusut dengan menggunakan Blawa.
5. Ta Warna: proses pewarnaan benang dengan menggunakan pewarna alami dan di rendam di dalam kendi.
6. Pai Bena: proses penjemuran benang yang sudah di warnai
7. Pudu Bena: proses pemintalan benang
8. Neket : proses awal penyusunan benang berdasarkan warna dan motif helai demi helai
9. Tane : proses penenunan

setelah selesai dengan Tane proses berikutnya adalah menjahit seperti biasa sesuai bentuk dan kwatek pun siap digunakan.

Secara keseluruhan, dalam proses pengumpulan informasi mengenai kwatek kali ini baru dapat ku pahami bagaimana kwatek ternyata memiliki posisi yang sama dengan gading, sangat berharga. Kwatek juga menjadi simbol status sosial pada beberapa orang tertentu, karna beberapa kwatek yang sudah sangat langka hanya dimiliki oleh orang-orang dari golongan bangsawan. Mengenal oe kenirek mengenalkan ku pada satu ruang dalam tradisi Adonara yang memberikan kekuasaan sepenuhnya pada perempuan.

Dalam tulisannya berjudul "Without Cloth We Cannot Marry" The Textiles Of Lamaholot In Transitions, Ruth Barnes menyebutkan bahwa tenun ikat Lamaholot juga mendapat pengaruh dari India, Arab dan Cina. Pernyataan inilah yang ingin ku telusuri lebih jauh, berikut keterkaitan antara budaya menenun dengan pandangan hidup orang Adonara dan makna sesungguhnya dari tenun ikat ini yang tertuang dalam warna, pola, bahan dan simbolisasi-simbolisasi lain dalam tiap proses nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar