KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak kekayaan
budaya dalam bentuk kain tradisional. Setiap daerah di Indonesia
memiliki berbagai jenis kain yang indah, seperti songket, batik, tenun,
dan lain sebagainya. Salah satu provinsi yang dikenal memiliki kain
tenun dengan motif yang begitu kaya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).
NTT memiliki 20 kabupaten dan satu kota yang dihuni oleh 15 suku atau etnis tertentu, dengan adat dan kebudayaan masing-masing.
"Masing-masing
suku ini memiliki kreasi kain tenun mereka sendiri sesuai dengan adat,
budaya, dan kesenian mereka. Ini terlihat dari corak hias atau motif
tenunannya," ungkap Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah)
NTT, Lusia Leburaya, menjelang show Musa by Musa Widyatmodjo "The
Flobamora Indone(she)aku" di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta, Rabu
(23/5/2012) lalu.
Lusia mengungkapkan, setiap suku memiliki ragam
hias tenunan, yang menampilkan berbagai tokoh mitos, binatang, tumbuhan,
dan motif abstrak yang dijiwai dari penghayatan akan alam semesta.
Lusia menambahkan, di Alor saja dapat ditemukan hampir sekitar 81 motif
tenun.
Kain tenun yang dikembangkan oleh setiap suku di NTT ini
merupakan seni kerajinan tangan yang diajarkan secara turun-temurun
kepada anak-cucu. Kain tenun ini secara adat dan budaya memiliki banyak
fungsi, antara lain sebagai busana sehari-hari, busana untuk tarian atau
upacara adat, sebagai mas kawin, alat penghargaan dalam upacara
kematian, alat pembayar denda adat, alat tukar (uang), perlambang strata
sosial seseorang, alat penghargaan kepada tamu, sampai alat untuk
menolak bencana.
Dalam masyarakat NTT, kain tenun dianggap sebagai
harta kekayaan yang bernilai tinggi karena kain ini pembuatannya sangat
sulit dan membutuhkan waktu lama. "Selain dibedakan dari motifnya, kain
tenun juga dibedakan menurut proses pembuatannya, yaitu tenun ikat,
tenun buna, dan tenun sotis," jelas Lusia.
1. Tenun ikat
Disebut
kain tenun ikat karena proses pembentukan motifnya dilakukan melalui
pengikatan benang-benang. Sedikit berbeda dengan di daerah lain dalam
menggunakan cara benang pakannya (benang yang
dimasukkan melintang pada benang lungsin ketika menenun kain),
masyarakat NTT menenun dengan mengikat benang lusi (lungsi). Kain
tenun ikat banyak ditemukan tersebar merata di semua kabupaten NTT,
kecuali di kabupaten Manggarai dan sebagian kabupaten Ngada.
2. Tenun buna
Tenun buna ini merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh masyarakat sekitar di Timor Tengah bagian utara, dan banyak terdapat di kabupaten Kupang, Timor Tengah bagian selatan, Belu, dan Timor Tengah bagian utara.
Proses pembuatan tenun buna dilakukan dengan mewarnai benang terlebih
dulu. Benang yang sudah diwarnai kemudian digunakan untuk membentuk
motif yang berbeda-beda pada kain.
3. Tenun lotis atau sotis
Lotis
merupakan perpaduan dari kain tenun dengan gaya sulam. Tampilannya
mirip dengan tenun songket. Proses pembuatannya mirip dengan tenun buna
dimana benang harus diberi warna lebih dulu. Perajin tenun lotis
biasanya akan melakukan dua pekerjaan sekaligus, yaitu menenun dan
menyulam beberapa motif, sehingga dalam satu kain akan terlihat motif
seperti tiga dimensi karena jahitan yang agak menonjol keluar.
Gaya
tenun ini banyak terdapat di Kupang, Timor Tengah bagian selatan, Timor
Tengah utara, Belu, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, Ngada,
Manggarai, Sumba Timur, dan Sumba Barat. "Jenis kain inilah yang paling
rumit proses pembuatannya, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Tak
heran kalau harganya lebih mahal," tutur desainer Musa Widyatmodjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar